Bagaimana mendampingi anak-anak kita agar mereka dapat tumbuh dewasa dalam ketaatan?
*Materi pendidikan seksualitas hendaklah dilakukan berdasarkan fase berikut:*
1. Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut tamyiz (masa pra pubertas).
Pada masa ini, remaja diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandang
sesuatu.
Ajarkan anak aurat dan batasannya, adab menjaga pandangan dan menjaga kemaluan.
2. Fase kedua, usia 10-14 tahun, disebut masa murahaqah (masa peralihan atau
pubertas).
Pada masa ini remaja sebaiknya dihindarkan dari berbagai rangsangan seksual
Anak diharapkan sudah memahami teori dan mempraktekkan adab menundukkan pandangan, menjaga
kemaluan, menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan jenis.
mulai diberikan berbagai kegiatan positif
Diberikan ilmu pengetahuan dan apa konsekuensi nya jika melanggar aturan Allah
3. Fase ketiga, usia 14-16 tahun, disebut masa baligh (masa adolesen).
Jika remaja sudah siap untuk menikah, pada masa ini remaja diberi pendidikan tentang fiqh pernikahan,
dan etika (adab) mengadakan hubungan seksual.
Memahami lebih dalam peranan dan tanggung jawabnya di masa depan sebagai qowwam/pemimpin,
suami/imam, Ibu/Istri
4. Fase keempat, setelah masa adolesen, disebut masa pemuda.
Pada masa ini diberi pelajaran tentang tata cara melakukan istifaf (menjaga diri dari
perbuatan tercela), jika ia belum mampu melangsungkan pernikahan. Misalkan dengan shaum sunnah.
Dalam setiap jenjang pendidikan, hendaklah diajarkan kepada mereka hukum-hukum yang sesuai dengan tingjat usianya.
Question and Answer
1. Cara menanamkan konsekuensi beriman pada Alquran itu contoh nya seperti apa? Ada kah cara yang menarik untuk anak usia dini?
Jawab :
Konsekuensi beriman kepada Allah artinya perintah yang dibebankan kepada hambaNya untuk ditunaikan secara baik sebagai bukti keimanannya.
Untuk anak-anak usia dini, bisa diajarkan dengan asyik, dimulai dengan mengajarkan: , adab berdoa, ayuk menghafal doa-doa pilihan yang pendek (yang dipakai setiap hari), belajar rukun iman dengan nyanyian, atau belajar hadits dengan gerakan dll
Contoh lain, penjabarannya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau sebaiknya diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya." (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah hanya menyebut dua paket keimanan, yaitu iman kepada Allah dan iman pada hari akhir. Alasannya, iman kepada Allah dan hari akhir tidak memiliki bentuk nyata seperti malaikat yang pernah menjelma sebagai manusia, ketika bertamu pada Nabi Muhammad SAW mengajarkan arti Islam, iman, dan ihsan.
Tidak seperti para nabi atau rasul yang kehadirannya bisa dirasakan langsung oleh umatnya. Tidak seperti kitab-kitab Allah yang isinya bisa dibaca dan ajarannya bisa dipraktikkan langsung oleh umat manusia. Pun tidak seperti qadha dan qadar yang dampak ketentuannya bisa dirasakan langsung oleh manusia. Sehingga, ketika seseorang sudah beriman kepada keduanya, yakni iman kepada Allah dan hari akhir maka akan sangat mudah untuk percaya atau beriman pada paket keimanan yang lain.
*Ketika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, ia harus membuktikan keimanannya tersebut dalam kehidupan nyata*
Pertama, berkata hal-hal yang baik dan kalau tidak bisa maka sebaiknya diam.
*Orang yang beriman kepada Allah semestinya selalu sadar bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisannya tidak pernah luput dari pantauan Allah SWT, baik isi maupun motif mengapa perkataan itu muncul.*
Sementara keimanan pada hari akhir akan membuat orang itu sadar bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisannya akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Sehingga, *keimanan kepada Allah dan hari akhir akan membuat seseorang berhati-hati dalam berbicara karena merasa dipantau oleh Allah dan merasa bahwa semua perkataannya itu akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat. Alhasil, orang itu akan selalu berkata baik dan meninggalkan perkataan yang buruk.*
Kedua, memuliakan tetangga.
Memuliakan artinya, di samping tidak menyakiti juga menghormati atau memuliakan para tetangga, yaitu orang-orang yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini juga termasuk bukti keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir.
Orang yang beriman kepada Allah akan merasa bahwa semua perkataan, sikap, dan perbuatan yang ia tujukan kepada para tetangganya tidak pernah lepas dari perhitungan Allah, dan juga tidak akan pernah sia-sia karena di akhirat nanti akan ada balasannya.
Ketiga, memuliakan tamu. Tamu adalah setiap orang yang datang berkunjung ke rumah kita, baik karena hubungan famili, pertemanan, bertetangga, maupun orang asing yang hendak bersilaturahim ke rumah kita.
Ketika ada orang bersilaturahim ke rumah kita, setidaknya mereka telah mengurangi kesempatan kita untuk bersua dengan keluarga, mengurangi waktu istirahat kita, bahkan bisa mengusik ketenangan kita.
Oleh karena itu, tuan rumah yang bisa mengorbankan itu semua dan memuliakan orang yang datang ke rumahnya, menjadi bukti keimanannya kepada Allah dan hari akhir.
Wallahualam bishawab
2. Pernah dengar dalam islam sndiri ga ada istilah masa2 remaja, adanya masa lgsh aqil baligh, agar tidak terpisah 'menggodok'nya, bs di share kah bgmn pandangannya 😁🙏
Jawab :
Iya benar..yg ada di islam itu syabab (pemuda) namanya mbak.
Masa blm baligh, masih masa kanak-kanak ( blm ada pembebanan syariat), jika sdh baligh statusnya jd pemuda ( sudah dibebankan syariat) bukan remaja.
Dari seminar ttg konsep akil baligh, disebutkan bahwa Dunia bahkan tidak mengenal istilah remaja (adolescene) sampai abad ke 19. Islam pun tidak mengenal istilah remaja. Remaja adalah istilah yang diciptakan di era industri abad ke 18, sebagai akibat segregasi sosial yang dibentuk dunia industri ketika itu.
(Note》Segregasi itu adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk memisahkan suatu kelompok, suku bangsa, ras atau satu etnik secara paksa hingga menggunakan segala cara bahkan menggunakan kekerasan. Segregasi merupakan bentuk dari diskriminasi di lingkungan sosial.)
Hmm..dari kami, saya mengambil pertengahan: sepakat dengan tmn2 berdasarkan tahapan usia aja mbak namun ada juga yang senang sesuai namanya yang dari tahap pendidikan islam.
Kemarin saya dkk cukup bingung di belakang layar karena lebih banyak referensi yg pubertas dibanding akil baligh...( hayo kira2 kenapa?🤔🤔) namun apapun namanya karena alasan ini: kadang saat menjelaskan kepada anak-anak atau orang dewasa kita bs pakai istilah yg dia lebih mengerti agar masuk pemahamannya ke beliau. Tapi untuk diri saya pribadi lebih senang istilah yang dari agama sendiri yaitu ISLAM.
Jadi silahkan saja mbak Ratna mau menggunakan yg mana.
Pembahasan tarbiyah jinsiyah yg punya kelompok 7 dapat dibaca kembali untuk melengkapi presentasi kami di kelompok 9
No comments:
Post a Comment