Sunday, June 18, 2017

NHW 5 : Learning How to Learn

📝 *BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR*📝 (Learning How to Learn)

Astaghfirullah, aku kali ini telat mengerjakan peer NhW nya.
Karena kebanyakan mikirnya tapi ga dikerjain nyicil. Terus minggu ini kebanyakan keluar rumahnya. 😅

Yasudahlah yaa. Mari kita tetap kerjakan dan kumpulkan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?

Hasil searching di mbah google, ku temukan pengertian dasarnya.

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Sumber :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Desain_pembelajaran


Nah dari sini jika boleh ku break down akan mendapatkan beberapa tahapan, yaitu :
1. Menyusun media komunikasi sebagai sarana belajar
2. Memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi pembelajaran
3. Menyampaikan ilmu kepada diri sendiri (guru) dan anak (murid)

Kemudian mari kita detailkan agar dapat diaplikasikan dalam pengajaran di kehidupan kita (antara orangtua dan anak), menjadi :
1. Menyusun media komunikasi sebagai sarana belajar
✏️komunikasi verbal dan non verbal seperti :
🔹komunikasi langsung dua arah
🔹melalui Hp, TV, laptop, PC, dll
🔹bercerita
🔹berdongeng
🔹membaca buku
🔹bermain sambil belajar
🔹bermain di outdoor
🔹melihat hikmah dari yang terjadi disekitar
🔹dll

2. Memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi pembelajaran.
✏️berupa :
🔹pemanfaatan gadget secara maksimal
🔹belajar melalui youtube
🔹belajar secara offline (mewarnai, bermain puzzle, bermain petak umpet, dll)
🔹belajar melalui tv, diisi dengan film islami. Tentu saja dengan waktu terbatas dan dalam pengawasan orangtua

3. Menyampaikan ilmu kepada diri sendiri (guru) dan anak (murid)
✏️nah dengan penerapan 2 point diatas, maka hasil yang dicapai insyaaAllah adalah berupa penyampaian ilmu kepada anak.

Setelah poin ini berhasil, selanjutnya adalah di analisa sejauh apa poin keberhasilannya dari yang telah dilakukan kemudian dievaluasi apa yang kurang, mana yg perlu diperbaiki dan mana yang perlu dikurangi.


Semoga ini menjadi pembelajaran buat saya dan anak-anak saya. Aamiin

Do what do you think is right, with GOD Guide Ways. #quotebyme

Dicermati dan ditulis oleh,

Miraa Nihlaa Hilaby

Saturday, June 10, 2017

NHW#4

MasyaaAllah untuk mengerjakan peer kali ini. Ga selesai mikirinnya cuma sehari, meski sampe harinya dateline tetap bingung bikinnya.

Ya sudahlah ya.. Bismillah aja, yuk kita kerjain.. Semangat 😉

a. InsyaaAllah saya masih tetap memilih jurusan ilmu yang saya pilih di universitas kehidupan ini. Yaitu ilmu meraih surga. Karena yang tergiang-ngiang dikepala saya, yang saat ini perlu dipelajari terlebih dahulu adalah ilmu belajar mengendalikan emosi yang insyaaAllah kedepannya adalah untuk mendampingi pembelajaran anak-anak saya dengan emosi yg dapat dikendalikan.

b. Belum 100% menjalani checklist yang telah saya buat. Tetapi point untuk anak, alhamdulillah sudah 75% berjalan.

Memang dari dulu masalah dengan diri sendiri adalah susah konsisten. Bismillah mau belajar konsisten lagi. Seperti kata mba sukeng, jalanai 1 point dulu. Fokus, kerjakan secara istiqomah. Jika sudah 30 hari baru tambahkan poin lain

C. Sesungguh saya masih belum memahami sepenuhnya apa misi hidup saya didunia ini. Selain sebagai hamba Allah dan beribadah kepadaNya. Tapi yang pasti, saya merasa senang, tenang, dan berarti. Ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain.

Ketika saya bisa berkontribusi pada sebuah wadah/suatu komunitas, saya merasa itu adalah jalan saya untuk aktualisasi diri.

Setelah menelaah kembali nhw#3 dan contoh untuk mengerjakan poin ini. Jadi tercerahkan sedikit. Sepertinya peran besar hidup saya adalah sebagai fasilitator. Berbagi apa yang dipunya dan dirasa.
✏️Misi hidup saya : bermanfaat untuk orang lain

✏️Bidangnya : parenting
Kenapa bidang ini yang saya pilih. Karena saya melihat disekeliling saya banyak ibu baru yang tidak/belum memiliki ilmu untuk mendidik anak-anaknya. Cenderung menyerahkan kepada pihak sekolah, guru ngaji, baby sitter atau bahkan mungkin kepada nenek/kakeknya.

Serta masih banyak yang mendidik dengan kekerasan, karena ketidaktahuan dan atau ketidakmampuannya mengendalikan emosi.

Terbesit obrolan suami waktu yang lalu kepada saya, karena keminiman ilmu kami dalam bidang ini, beliau ingin membuat sebuah komunitas atau wadah agar bisa kontinue membuat kajian parenting yang membahas detail dan urut, tentang parenting keluarga yang sesuai syariah. Hal ini tercetus jauh sebelum saya ikuti IIP.

✏️Maka dari ini bisa saya simpulkan peran saya adalah sebagai fasilitator.

Apakah ini menjadi jalan kami? Wallahu'alam. Bismillah

D. Karena misi hidup sya adalah bermanfaat untuk orang lain dengan cara menjadi fasilitator.

Maka ilmu yang perlu disiapkan adalah :
H5S, yaitu
📌Handal : ilmu menjadi fasilitator
📌Sekufu : ilmu dasar pra nikah (bagaimana mencari pasangan, persiapan diri, dll)
📌Sejalan : ilmu dasar awal pernikahan
(Penyamaan visi misi keluarga,dll)
📌Seirama : ilmu manajemen konflik
📌Sayang anak : ilmu pengasuhan anak
📌Sayang keluarga : ilmu manajemen keluarga

d. KM 0 saya tetapkan pada usia saya 34 tahun. Karena beberapa hari lagi hari lahir saya.

Sehingga Milestone saya seperti ini :
📊KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) :
Menguasai Ilmu Handal dan Sekufu
📊KM 1 – KM 2 (tahun 2 ) : Menguasai Ilmu Sejalan dan Seirama
📊KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) :
Menguasai Ilmu Sayang Anak
📊KM 3 – KM 4 ( tahun 4) :
Menguasai Ilmu Sayang Keluarga

Saya akan memulai pelajari ilmu-ilmu tersebut dari kajian, internet, pelatihan, IIP, dll.
InsyaaAllah semua yang saya pelajari akan saya tulis dan simpan diblog saya. Sehingga secara tidak langsung sudah bisa berbagi.

e. Ahh... Saya belum masukkan waktu mempelajari ilmu-ilmu tersebut ke checklist di NHW#2. Hanya secara tersirat ada beberapa yang sudah tertulis. Hiks.. Mari kita koreksi..

Bismillah. Semoga Allah meridhoi setiap langkah kita.

Lakukan sedikit, tetapi rutin. Daripada banyak tetapi hanya sesaat.

Ditulis dan dicermati oleh,

Miraa Nihlaa Hilaby

Saturday, June 3, 2017

Materi 3 "Peradaban dari dalam rumah"

Resume Materi Sesi #3
PERADABAN DARI DALAM RUMAH


Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional



👨👩MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH👨👩

" Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya "

Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.

Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.

Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan " misi spesifiknya ", tugas kita memahami kehendakNya.

Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya " peran spesifik keluarga" kita di muka bumi ini.

Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?

🙋 PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda "sakit hati/dendam' sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?

Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK

👨👩👧👧 NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
🍀Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih "dia" menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?

🍀Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?

🍀Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?

🍀Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?

Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki " misi pernikahan" sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.

👩👧👧 ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?

Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.
Karena, IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak

Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.

Karena Orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang

Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.

Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan

Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/

SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016

Disimpan oleh,

Miraa Nihlaa Hilaby

Tugas NHW#3

Bismillah, menjadi seorang ibu ternyata tidak mudah, tidak seperti air yang menjalani takdirnya mengalir kemanapun.

Menjadi ibu perlu usaha ekstra untuk terus belajar dan menimba ilmu. Karena ibu adalah langkah awal membangun peradaban.

a. Ah.. Kali ini peernya membuat surat cinta untuk sayang ku (baca : suami). Awal nulis bingung mau nulis apa. Sampai akhirnya lancar menulisnya hingga berderai air mata.
Ternyata harus banyak minta maaf diri ini sama suami 😔

Surat cintaku tertulis dalam 4 halaman di kertas berukuran A5. Lalu ku masukkan ke dalam amplop buatan sendiri ☺️

Ku letakkan surat tersebut dekat di handphonenya. Lalu ku tinggal bermain dengan anakku. Tak lama dibacanya surat tersebut lalu ia menghampiri diriku dan berkata, "ini pasti peer IIP". Gubrak.. "iya, tapi aku nulisnya pake hati sambil nangis pula." Sambil berurai airmata ku menjawabnya.

Ia langsung menghampiri diriku, langsung memeluk dan menghujani wajahku dengan ciuman mesra seraya berkata "i love you". Bahkan sesaat setelah itu, anakku menangis. Suami langsung beranjak untuk menenangkannya. Alhamdulillah, ku bisa melihat matanya berbinar dan wajahnya secerah langit setelah ada pelangi. "Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

b.hihihi.. Harus kembali menuliskan tentang anak. Anakku bernama Nazhiif Atya Abdurrahman, saat ku mengerjakan peer ini tepat h-5 menuju hari lahirnya. InsyaaAllah tanggal 7 juni nanti ia berumur 1 tahun. Bayi yang akan memasuki usia balita.

Alhamdulillah, sesuai pengamatanku sebagai ibunya (mungkin tidak obyektif). Ia anak yang cerdas, suka penasaran dengan hal-hal yang baru dilihatnya. Ia suka bermain, dna ia juga mudah bosan. Nah karena ia mudah bosan itu membuat dia kreatif bermain dengan apa yang ada disekelilingnya. Seperti bermain dengan name tag tanda panitia umminya 😅

Ia anak yang tidak mudah menyerah. Selama ia belum berhasil, ia akan terus berusaha melakukannya. Ia suka bercanda, ia sangat suka berceloteh. Sepertinya ummi harus bersiap ketika ia bisa bicara. ☺️

Karena ia masih bayi yang beranjak menjadi balita, insyaaAllah ia akan terus tumbuh dan berkembang dengan potensi yang Allah berikan. Tugas ummi sama ayah adalah bersyukur dan bantu nazhiif mengembangkan potensinya.

Calon adiknya masih diperut, berusia 5,5 bulan. Semoga sehat hingga lahiran nanti. Aamiin

c. Aku dilahirkan dalam keluarga arab yang kental aturannya dengan banyak larangan, terutama untuk anak perempuan. Dulu suka merasa marah kenapa kami dibedakan. Tapi setelah kedua orangtua ku tiada. Justru terasa sekali manfaat dari aturan yang mereka terapkan untuk kami.

Ku menyadari ternyata didikan mereka adalah untuk menyiapkan ku menjadi wanita yang kuat, yang mandiri dan tidak takut dengan kehidupan yang penuh dengan intrik.

Menjadikan ku seorang yang sabar menjalani hidup yang ditakdirkan oleh Allah.

Ketika ku menjalani kehidupan pernikahan, memasuki tahun pertama ku menyadari bahwa keberadaan diri ini menjadi pendamping suamiku adalah untuk menguatkannya menjalani amanah sebagai seorang suami.

Memasuki tahun kedua pernikahan, kami pernah bertengkar hebat. Disini juga ku menyadari mengapa Allah menciptakan aku menjadi kuat melalui didikan orangtua ku, karena agar ku tidak menyerah ditengah jalan karena badai ini.

Alhamdulillah ala kullihal. Diri ini yang mudah memaafkan, tidak suka menyimpan dendam serta sabar adalah modal menjalani bahtera rumah tangga.

Bahkan saat ini ku juga sedang belajar kembali arti sabar, karena aku sedang menemani pertumbuhan dan perkembangan bayiku.

d. Tantangan yang saya hadapi disekeliling saya saat ini adalah untuk terus bersilaturahmi dengan keluarga besar orangtua juga mertua. Karena orangtua ku sudah tiada. Sehingga membutuhkan waktu dan kemauan ekstra untuk menjaga silaturahmi ini.

Juga menjadi tantangan tersendiri untuk tetap bisa berkontribusi untuk agama ku meski itu kecil. Ah, mungkin tidak layak disebut kontribusi untuk dakwah. Masih terlalu hina rasanya diri ini.

Kami (aku dan suami), alhamdulillah tergabung dalam komunitas yang sama. Komunitas yang memiliki tag line "berbagi hidangan dari Ar-Rahman". Jadi tugas utama komunitas ini adalah berbagi makanan terutama dibulan ramadhan seperti ini berbagi takjil dititik-titik kemacetan.

Nah rasa berbagi ini yang tidak bisa ku gambarkan dengan kata-kata. Tapi insyaaAllah rasa ini menjadi semangat kami untuk terus berbagi dengan sesama. Apapun objeknya, komunitasnya dan dimanapun kami berada. Semoga Allah meridhoi, aamiin.

Tugas ini dikerjakan dengan seksama dan dituliskan oleh

Miraa Nihlaa Hilaby

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...